Jumat, 25 Oktober 2013

Analisa Kadar Air


DAFTAR ISI
                  
Daftar Isi…………………………………………………………....            i
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………….           1
1.1         Latar Belakang…………………………………………..           1
1.2         Tujuan…………………………………………………...           2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..           3
2.1     Macam-macam Metode Analisa Kadar Air…………….            3
2.1.1 Metode Pengeringan…….………………………..            3
2.1.2 Metode Destilasi……….…………………………            3
2.1.3 Metode Kimiawi………………………………….            4
2.1.4 Metode Fisis……………………………………...           5
2.2     Bahan Baku…………..………………………………...           5
2.2.1 Kentang…………………………………………...          5
2.2.2 Tomat……………………………………………            7
2.2.3 Singkong………………………………………....            8
2.2.4 Talas……………………………………………...           9
2.2.5 Ubi Ungu………………………………………….          9
2.2.6 Ubi Jalar………………………………………..            10
2.3     Prinsip Analisa Metode Gravimetri…………………….            11
2.4         Kadar Air Penting Dilakukan Bagi Produk Makanan…...           12

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM…………………………           13
3.1     Alat dan Bahan………………………………………….          13
3.1.1 Alat………………………………………………..          13
3.1.2 Bahan……………………………………………..           13
3.2     Prosedur Analisa………………………………………..           13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………          15
4.1     Hasil…………………………………………………….          15
4.2     Pembahasan……………………………………………..         15

BAB 5. PENUTUP………………………………………………....           18
5.1     Kesimpulan……………………………………………..           18
5.2     Saran…………………………………………………...           18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………          19

LAMPIRAN…………………………………………………………        21






BAB 1. PENDAHULUAN
1
1         1.1  Latar Belakang
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
1
1         1.2  Tujuan
a.       Untuk mengetahui cara kandungan air dalam beberapa bahan pangan dan hasil pertanian,
b.      Untuk mengetahui cara menganalisi kadar air menggunkan metode gravimetri.





 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-macam Metode Analisa Kadar Air
Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan beberapa metode. Diantaranya adalah sebagai berikut :
2.1.1 Metode Pengeringan
        Pada metode pengeringan ini prinsipnya adalah dengan meguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relative lebih mudah dan murah. Metode ini didasarkan pula pada perhitungan selisih bobot bahan sebelum dan sesudah pengeringan. Selisih bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar air bahan.
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.
Menurut Sudarmadji (2003), untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya.
2.1.2 Metode Destilasi
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air
. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam (Sudarmadji,2003).
2.1.3 Metode Kimiawi
Ada beberapa cara penentuan kadar air dalam bahan secara kimiawi yaitu antara lain :
a.       Cara Titrasi Karl Fischer
Karl fischer pada tahun 1935 mengunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina dalam metanol. Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi (Winarno ,1992 ). Prinsip metode ini adalah melakukan titrasi sampel dengan larutan iodin dalam methanol dan piridin. Jika masih ada air dalam bahan maka iodine akan bereaksi, tetapi bila air habis maka iodine akan bebas.
Untuk zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, maka pada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan titrasi langsung.
b.      Cara Kalsium Karbid
Cara ini berdasarkan reaksi antara kalsium karbid dan air menghasilkan gas asetilin. Cara ini sangat cepat dan tidak memerlukan alat yang rumit. Jumlah asetilin yang terbentuk dapat diukur dengan berbagai cara (Sudarmadji,2003).
c.       Cara Asetil Khlorida
Penentuan kadar air cara ini berdasarkan reaksi asetil khlorida dan air menghasilkan asam yang dapat dititrasi menggunakan basa. Asetil khlorida yang
digunakan dilarutkan dalam toluol dan bahan didispersikan dalam piridin.
2.1.4 Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara secara fisis ini antara lain :
a.       Berdasarkan tetapan dieletrikum
b.      Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistensi
c.       Berdasarkan resonansi nuklir magnetic (NMR = Nuclear Magneti resonance). (Sudarmadji,2003).
2.1 Bahan Baku
2.2.1 Kentang
Kentang merupakan tanaman setahun, berbentuk sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar . Batangnya berbentuk segiempat, panjangnya biasa mencapai 50 120 cm, dan tidak berkayu dan tidak keras. Batang dan daun bewarna hijau kemerahan atau keungu – unguan. Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit / dindingnya berdaging dan mempunyai dua ruang. Didalam buah berisi banyak calon biji yang jumlahya bisa mencapai 500 biji. Sedangkan akar tanaman kentang adalah menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar ini bewarna keputih – putihan. Kedalaamn daya tembusnya biasa mencapai 45 cm. Namun biasanya akar ini banyak yang mengumpul dikedalaman 20 cm. Selain mempunyai organ – organ tersebut kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang – cabang baru. (Setiadi,1993)
Kentang (Solanum tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin ( Belanda, Jerman ). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negeri Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning- kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. ( Bambang, 1997)

Tabel 1.Kandungan Gizi kentang per 100 g
Kandungan Gizi
Jumlah
Kalori
83,00 kal
Protein
2,00 g
Lemak
0,10 g
Karbohidrat
19,10 g
Serat
-
Abu
-
Kalsium
11,00 mg
Fosfor
56,00 mg
Kalium
-
Zat besi
0,70 mg
Natrium
-
Vitamin B1
0,11 mg
Vitamin B2
-
Vitamin C
17,00 mg
Niacin
-
Air
64,00 g
Bagian yang dapat dimakan
75,00%
Sumber: Direktorat Depkes RI (1981).

2.2.2 Tomat
Buah tomat yang merupakan buah yang mengandung vitamin C, ternyata juga banyak mengandung mineral. Satu buah tomat mengandung 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A 1500 SI, zat besi dan kalsium. Karena tingginya kandungan vitamin, kalsium serta rendahnya lemak dan kalori, buah tomat ini tidak menggemukkan.
Likopen merupakan salah satu kandungan kimia paling banyak dalam tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata mengandung likopen sebanyak 3-5 mg (Giovannucci, 1999). Dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa tomat dapat bermanfaat sebagai obat diare, serangan empedu, gangguan pencernaan serta memulihkan fungsi liver.

Tabel 2. Kandungan gizi buah tomat tiap 100 gram
Zat kimia yang terkandung
Jumlah dalam tiap jenis
Tomat muda
Tomat masak
Sari tomat
Air (g)
93
94
94
Protein (g)
2
1
1
Lemak (g)
0,7
0,3
0,2
Karbohidrat
2,3
4,2
3,5
Mineral (mg)



Kalsium
5
5
7
Fosfat
27
27
15
Besi
0,5
0,5
0,4
Vitamin



A
320
1500
600
B1
0,07
0,06
0,06
C
30
40
10
Energi
93
20
15
Sumber: Direktorat Departemen Kesehatan RI (1990)

2.2.3 Singkong
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan diameter dan tinggi yang beragam tergantung dari varietas singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan disimpan lama meskipun di dalam lemari pendingin.
Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman perdu.Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil.Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok.Singkong masuk ke Indonesia pada tahun 1852.Singkong berkembang di negara- negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009).

Tabel 3. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 g Singkong.
Unsur gizi
Singkong Putih
Singkog Kuning
Kalori (kal)
146,00
157,00
Protein (g)
1,20
0,80
Lemak (g)
0,30
0,30
Karbohidrat (g)
34,70
37,90
Kalsium (mg)
33,00
33,00
Fosfor (mg)
40,00
40,00
Zat besi (mg)
0,70
0,70
Vitamin A (SI)
0
385,00
Vitamin B (mg)
0,06
0,06
Vitamin C (mg)
30,00
30,00
Air (g)
62,50
60,00
Bagian dapat dimakan (%)
75,0033,00
75,00
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI. 1981

2.2.4 Talas
Talas (Colocasia esculenta) adalah tanaman pangan yang termasuk jenis herba menahun. Talas memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old cocoyam, Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yu-tao. Tanaman ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping satu (Monocotyledonae) (Prana dan Kuswara, 2002).

Tabel 4. Kandungan gizi dari umbi talas
Komponen
Kandungan
Air
63-85%
Karbohidrat
13-29%
Protein
1,4-3,0%
Lemak
0,16-0,36%
Serat kasar
0,60-1,18%
Fosfor
61,0 mg/100 g
Kalsium
28,00 mg/100 g
Besi
1,00 mg/100 g
Vitamin C
7-9 mg/100 g
Tiamin
0,18 mg/100 g
Riboflavin
0,04 mg/100 g
Niasin
0,9 mg/100 g
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1972)

2.2.5 Ubi Ungu
Ubi ungu merupakan jenis ubi jalar ungu yang ditanam di Jepang dan memiliki kandungan antosianin yang tinggi (Yamakawa et al. 1998).Pigmen antosianin yang terkandung dalam ubi ungu didominasi oleh sianidin dan peonidin dalam bentuk mono- atau diasilasinya.Ubi ungu mengandung vitamin (A, B, C, dan E), mineral (kalsium, kalium, magnesium, tembaga, dan seng), serat pangan, serta karbohidrat bukan serat (Suda et al. 2003). Total kandungan antosianin ubi ungu bervariasi pada setiap tanaman, yaitu berkisar antara 20 mg/100 g sampai 924 mg/100 g berat basah (Widjanarko 2008).

Tabel 5. Kandungan Kimia Ubi ungu dan Karakteristik Fisik
Sifat kimia dan fisik
Jumlah
Kadar air (%bb)
67,77
Kadar abu (%bk)
3,28
Kadar pati (%bk)
55,27
Gula reduksi (%bk)
1,79
Kadar lemak (%bk)
0,43
Kadar antosianin (mg/100g)
923,65
Aktivitas antosianin (%)
61,24
Warna (L)
37,5
Warna (a)
14,2
Warna (b)
11,5
Sumber: Widjanarko 2008

2.2.6 Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomea batatas) merupakan komoditi yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan..Ubi jalar termasuk famili Convolvulaceae, genus Ipomoea dan spesies yang banyak digunakan adalah batatas (L) Lam. Ubi jalar berasal dari Amerika Tengah atau Selatan yang diketahui dari fosil berumur 10.000 tahun di Peru (Huaman, 1991).


Tabel 6. Komposisi ubu jalar segar per 100 g
Komponen
Jumlah
Kadar air (%)
72,84
Pati (%)
24,28
Protein (%)
1,65
Gula pereduksi (%)
0,85
Mineral (%)
0,95
Lemak (%)
0,7
Asam askorbat (mg/100g)
22,7
K (mg/100g)
204
S (mg/100g)
28
Ca (mg/100g)
22
Mg (mg/100g)
10
Na (mg/100g)
13
Fe (mg/100g)
0,59
Mn (mg/100g)
0,355
Vitamin (IU/100g)
20063
Energi (kJ/100g)
441
Sumber : Kotecha dan Kadam (1998)

2.3 Prinsip Analisa Metode Gravimetri
Metode gravimetri adalah suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari bahan pangan dengan menguapkannya. Prinsip metode ini adalah mengeringkan sampel dalam oven 100 – 105 oC sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot akhir dihitung sebagai kadar air. Prinsip metode ini adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Secara umum proses gravimetri dilakukan dengan perlakuan yang mencakup penimbangan, pengovenan, pendinginan hingga diperoleh berat konstan (Winarno, 1993).

2.4 Kadar Air Penting Dilakukan Bagi Produk Makanan
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian .
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, metode khusus. Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).





BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.    Neraca analitik
b.    Eksikator
c.    Silika gel
d.   Penjepit
e.    Spatula
f.     Pisau
g.    Telenan
h.    Botol timbang (6 buah)
i.      Oven
3.1.2 Bahan
a.    Tomat
b.    Kentang
c.    Ubi ungu
d.   Ubi jalar
e.    Singkong
f.     Talas
g.    Kertas label
3.2 Prosedur Analisa
Pertama siapkan bahan yang akan digunakan. Bahan yang telah disiapkan dikupas bersih untuk menghilangkan kulit dari bahannya, kemudian bahan dicuci dengan menggunakan air mengalir untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bahan. Setelah itu bahan dipotong kecil-kecil untuk memperkecil ukurannya dan memperluas permukaan bahan sehingga mempermudah memasukkan pada botol timbang. Timbang bahan sebanyak 6 kali dengan masing-masing berat 3 gram.
Botol timbang sebanyak 6 buah dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 600C, tujuannya untuk menghilangkan air yang terdapat di botol timbangdan memperoleh berat botol timbang yang konstan. Selanjutnya dieksikator selama 5 menit untuk menjaga kelembabannya. Setelah itu timbang botol timbang yang telah dieksikator dan catat sebagai a gram. Masukkan bahan yang sudah ditimbang ke dalam botol timbang, ditimbang dan catat sebagai b gram. Botol timbang yang sudah berisi bahan kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 600C untuk menghilangkan kandungan air pada bahan. Kemudian dieksikator selama 5 menit untuk menjaga kelembaban, setelah dingin ditimbang sebagai c gram. Penimbangan diulang sebanyak 2 kali agar hasilnya lebih akurat.






 BAB 4. PEMBAHASAN

 4.1 Pembahasan
Pada praktikum analisa kadar air ini bahan yang digunakan adalah ubi jalar, singkong, kentang, tomat, talas dan ubi ungu. Dari berbagai macam bahan tersebut memiliki kandungan air yang berbeda-beda pula. Dari grafik diatas kandungan air yang paling banyak terdapat pada  bahan tomat, sedangkan kandunagan air terendah pada bahan singkong.
Kadar air pada ubi jalar sebanyak 75,143%, sedangkan pada literature kandungan air dalam ubi jalar sebanyak 72,84%. Hal ini hamper sesuai dengan literatur karena jarak antara literatur dengan hasil praktikum tidak terlalu jauh. Untuk nilai SD dari ubi jalar ini yaitu 0,095. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh sudah cukup akurat karena keakurasiaannya 99%.
Kadar air dalam bahan singkong menurut literatur yaitu sebanyak 60%. Sedangkan dari hasil praktikum didapat kadar airnya sebanyak 55,047%. Perbedaan kandungan ini mungkin disebabkan karena bahan singkong yang digunakan saat praktikum sudah tersimpan terlalu lama, sehingga kandungan airnya berkurang akibat terkena cemaran udara dan panas matahari. Sedangkan yang menurut literatur menggunakan singkong segar. Mungkin itu yang menyebabkan adanya perbedaan kandungan airnya. Nilai SD untuk singkong adalah 0,264. Dari nilai SD yang telah didapat keakurasiaannya mencapai 95%.
Kandungan air pada bahan kentang menurut literatur sekitar 80%, sedangkan hasil dari praktikum sebesar 77,829%. Nilai kandungan air pada kentang ini hampir sama dengan literatur karena kandungan air yang didapat pada praktikum hampir mendekati dengan literatur. Kentang memiliki nilai SD sebesar 0,873. Jika nilai SD kurang dari 1 maka bisa dikatakan data yang diperoleh sudah cukup akurat dan nilai keakurasiaannya mencapai 99%.
Buah tomat merupakan jenis buah yang banyak mengandung air didalamnya. Menurut Direktorat Departemen Kesehatan (1990) kadar  air dalam tomat sebesar 93-94%. Hal ini sudah sesuai dengan hasil yang didapat saat praktikum yaitu sebesar 93,117%. Sedangkan nilai SD pada tomat tingkat keakurasiaanya mencapai 99% karena nilai SD yang diperoleh kurang dari 1 yaitu sebesar 0,955.
Menurut literatur, kadar air yang terdapat didalam talas sebanyak 63-85%. Sedangkan nilai kadar air yang didapat dari talas saat praktikum sebanyak 74,227%. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang telah disebutkan. Nilai SD yang diperoleh pada bahan talas ini sebesar 0,29, dengan tingkat keakurasiaannya 99%.
Nilai kadar air pada bahan yang terakhir yaitu ubi ungu sebanyak 66,77 %, sedangkan menurut literatur hanya sebanyak 62,5%. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena perbedaan varietas bahan sehingga kadar airnya juga berbeda. Pada data ubi ungu tingkat keakurasiaanya hanya 95%. Hal ini disebabkan karena nilai SD yang diperoleh lebih dari 1 yaitu 1,332.





 

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari data pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Macam – macam analisa kadar air dapat ditentukan dengan 4 metode
b.      Kentang merupakan tanaman setahun, berbentuk sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar.
c.       Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan diameter dan tinggi yang beragam tergantung dari varietas singkong yang ditanam.
d.      Talas adalah nama untuk berbagai macam tumbuhan yang lazim ditanam untuk dimanfaatkan umbi atau daunnya.
e.       Metode gravimetri adalah suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari bahan pangan dengan menguapkannya.
f.       Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut.

5.2 Saran
Terimakasih sudah bersedia memberikan bimbingannya untuk kami dan tetap semangat yah mbak masnya.



 
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Soelarso, 1997. Budi Daya Apel. Yogyakarta : KANISIUS .
Giovannucci, E., 1999. “Tomatoes, tomato-based products, lycopene, and cancer”, review of the epidemiologic literature, J. Natl. Cancer Inst. 91:317-331.
Huaman. Z. 1991. Descriptor for Sweetpotatoes. International Board for Plant Genetic resources. Italy. 115p.
Kotecha, PM., and S.S. Kadam. 1998. Sweet Potato, in Handbook of Vegetable Science and Technology (Salunkhe, D.K and S.S Kadam eds). New York: Marcel Dekker Inc.
Prana, M.S. dan Kuswara, T. 2002. Budidaya Talas Diversifikasi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong.
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan.Universitas Indonesia. Jakarta.
Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiadi. 1993. Bertanam Cabe. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudarmadji, I. B. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian (Edisi ke 2 ed., Vol. III). Yogyakarta, DIY, Indonesia: Liberty.
Widjanarko S. 2008. Efek Pengolahan terhadap Komposisi Kimia & Fisik Ubi Jalar Ungu dan Kuning. Yogyakarta : Liberty.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yamakawa. 1998. Radical Scavenging Activities of Sweet Potato Cultivar with Purple Flesh. Tokyo: Food Science Technology Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar