DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………….... i
BAB 1.
PENDAHULUAN…………………………………………. 1
1.1
Latar Belakang………………………………………….. 1
1.2
Tujuan…………………………………………………... 2
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………….. 3
2.1
Macam-macam Metode Analisa Kadar Air……………. 3
2.1.1 Metode Pengeringan…….……………………….. 3
2.1.2 Metode Destilasi……….………………………… 3
2.1.3 Metode Kimiawi…………………………………. 4
2.1.4 Metode Fisis……………………………………... 5
2.2 Bahan Baku…………..………………………………... 5
2.2.1 Kentang…………………………………………... 5
2.2.2 Tomat…………………………………………… 7
2.2.3
Singkong……………………………………….... 8
2.2.4 Talas……………………………………………... 9
2.2.5 Ubi Ungu…………………………………………. 9
2.2.6 Ubi Jalar……………………………………….. 10
2.3 Prinsip Analisa Metode Gravimetri……………………. 11
2.4
Kadar Air Penting Dilakukan Bagi Produk Makanan…... 12
BAB 3.
METODOLOGI PRAKTIKUM………………………… 13
3.1
Alat dan Bahan…………………………………………. 13
3.1.1
Alat……………………………………………….. 13
3.1.2
Bahan…………………………………………….. 13
3.2 Prosedur
Analisa……………………………………….. 13
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN…………………………… 15
4.1 Hasil……………………………………………………. 15
4.2 Pembahasan…………………………………………….. 15
BAB 5. PENUTUP……………………………………………….... 18
5.1
Kesimpulan…………………………………………….. 18
5.2
Saran…………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 19
LAMPIRAN………………………………………………………… 21
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1 1.1
Latar
Belakang
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis
sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih
dari 100 persen.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O:
satu molekul
air tersusun atas dua atom
hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut
yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik.
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan
mengalirinya arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion
hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan
yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
1
1 1.2
Tujuan
a.
Untuk mengetahui cara
kandungan air dalam beberapa bahan pangan dan hasil pertanian,
b.
Untuk mengetahui cara
menganalisi kadar air menggunkan metode gravimetri.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Macam-macam Metode Analisa Kadar Air
Pengukuran
kadar air dapat dilakukan dengan beberapa metode. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
2.1.1
Metode Pengeringan
Pada metode pengeringan ini prinsipnya
adalah dengan meguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.
Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah
diuapkan. Cara ini relative lebih mudah dan murah. Metode ini didasarkan pula
pada perhitungan selisih bobot bahan sebelum dan sesudah pengeringan. Selisih
bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar air
bahan.
Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-1100C
selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.
Menurut Sudarmadji (2003), untuk
mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya
air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat dilakukan dengan suhu
rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih
mencerminkan kadar air yang sebenarnya.
2.1.2 Metode Destilasi
Penentuan kadar air dari bahan-bahan
yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile
) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu,
misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air
. Cara penentuannya adalah dengan
memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung
air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia
tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis
air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah
pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka
banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini baik untuk menentukan kadar air
dalam zat yang kandungan airnya kecil yang sulit ditentukan dengan cara
gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam
(Sudarmadji,2003).
2.1.3 Metode Kimiawi
Ada
beberapa cara penentuan kadar air dalam bahan secara kimiawi yaitu antara lain
:
a. Cara
Titrasi Karl Fischer
Karl fischer pada tahun 1935
mengunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi
langsung dari bahan basah dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina
dalam metanol. Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi (Winarno ,1992 ).
Prinsip metode ini adalah melakukan titrasi sampel dengan larutan iodin dalam
methanol dan piridin. Jika masih ada air dalam bahan maka iodine akan bereaksi,
tetapi bila air habis maka iodine akan bebas.
Untuk zat-zat yang melepaskan air secara
perlahan-lahan, maka pada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan
titrasi langsung.
b.
Cara Kalsium Karbid
Cara ini berdasarkan reaksi antara
kalsium karbid dan air menghasilkan gas asetilin. Cara ini sangat cepat dan
tidak memerlukan alat yang rumit. Jumlah asetilin yang terbentuk dapat diukur
dengan berbagai cara (Sudarmadji,2003).
c.
Cara Asetil Khlorida
Penentuan kadar air cara ini
berdasarkan reaksi asetil khlorida dan air menghasilkan asam yang dapat
dititrasi menggunakan basa. Asetil khlorida yang
digunakan
dilarutkan dalam toluol dan bahan didispersikan dalam piridin.
2.1.4 Metode Fisis
Ada
beberapa cara penentuan kadar air cara secara fisis ini antara lain :
a. Berdasarkan
tetapan dieletrikum
b. Berdasarkan
konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistensi
c. Berdasarkan
resonansi nuklir magnetic (NMR = Nuclear Magneti resonance). (Sudarmadji,2003).
2.1 Bahan Baku
2.2.1 Kentang
Kentang
merupakan tanaman setahun, berbentuk sesungguhnya menyemak dan bersifat
menjalar . Batangnya berbentuk segiempat, panjangnya biasa mencapai 50 120 cm,
dan tidak berkayu dan tidak keras. Batang dan daun bewarna hijau kemerahan atau
keungu – unguan. Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit / dindingnya berdaging
dan mempunyai dua ruang. Didalam buah berisi banyak calon biji yang jumlahya
bisa mencapai 500 biji. Sedangkan akar tanaman kentang adalah menjalar dan
berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar ini bewarna keputih – putihan.
Kedalaamn daya tembusnya biasa mencapai 45 cm. Namun biasanya akar ini banyak
yang mengumpul dikedalaman 20 cm. Selain mempunyai organ – organ tersebut
kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping
yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat
sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya
akan membentuk cabang – cabang baru. (Setiadi,1993)
Kentang (Solanum
tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin ( Belanda, Jerman ).
Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia II yang
disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negeri Belanda pada
tahun 1890, berkulit umbi kekuning- kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak.
( Bambang, 1997)
Tabel 1.Kandungan Gizi kentang per 100 g
Kandungan
Gizi
|
Jumlah
|
Kalori
|
83,00 kal
|
Protein
|
2,00 g
|
Lemak
|
0,10 g
|
Karbohidrat
|
19,10 g
|
Serat
|
-
|
Abu
|
-
|
Kalsium
|
11,00 mg
|
Fosfor
|
56,00 mg
|
Kalium
|
-
|
Zat besi
|
0,70 mg
|
Natrium
|
-
|
Vitamin B1
|
0,11 mg
|
Vitamin B2
|
-
|
Vitamin C
|
17,00 mg
|
Niacin
|
-
|
Air
|
64,00 g
|
Bagian yang
dapat dimakan
|
75,00%
|
Sumber:
Direktorat Depkes RI (1981).
2.2.2 Tomat
Buah tomat yang merupakan buah yang
mengandung vitamin C, ternyata juga banyak mengandung mineral. Satu buah tomat
mengandung 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A 1500 SI, zat besi dan kalsium.
Karena tingginya kandungan vitamin, kalsium serta rendahnya lemak dan kalori,
buah tomat ini tidak menggemukkan.
Likopen merupakan salah satu kandungan
kimia paling banyak dalam tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata mengandung
likopen sebanyak 3-5 mg (Giovannucci, 1999). Dalam beberapa penelitian
menyebutkan bahwa tomat dapat bermanfaat sebagai obat diare, serangan empedu,
gangguan pencernaan serta memulihkan fungsi liver.
Tabel 2.
Kandungan gizi buah tomat tiap 100 gram
Zat kimia yang terkandung
|
Jumlah dalam tiap jenis
|
||
Tomat muda
|
Tomat masak
|
Sari tomat
|
|
Air (g)
|
93
|
94
|
94
|
Protein (g)
|
2
|
1
|
1
|
Lemak (g)
|
0,7
|
0,3
|
0,2
|
Karbohidrat
|
2,3
|
4,2
|
3,5
|
Mineral (mg)
|
|
|
|
Kalsium
|
5
|
5
|
7
|
Fosfat
|
27
|
27
|
15
|
Besi
|
0,5
|
0,5
|
0,4
|
Vitamin
|
|
|
|
A
|
320
|
1500
|
600
|
B1
|
0,07
|
0,06
|
0,06
|
C
|
30
|
40
|
10
|
Energi
|
93
|
20
|
15
|
Sumber: Direktorat Departemen Kesehatan RI (1990)
2.2.3 Singkong
Singkong merupakan umbi atau akar pohon
yang panjang dengan diameter dan tinggi yang beragam tergantung dari varietas
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih kekuning-kuningan. Umbi
singkong tidak tahan disimpan lama meskipun di dalam lemari pendingin.
Singkong
atau ubi kayu merupakan tanaman perdu.Singkong berasal dari benua Amerika,
tepatnya dari Brasil.Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,
Madagaskar, India, dan Tiongkok.Singkong masuk ke Indonesia pada tahun
1852.Singkong berkembang di negara- negara yang terkenal dengan wilayah
pertaniannya (Purwono, 2009).
Tabel 3. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 g
Singkong.
Unsur gizi
|
Singkong
Putih
|
Singkog
Kuning
|
Kalori (kal)
|
146,00
|
157,00
|
Protein (g)
|
1,20
|
0,80
|
Lemak (g)
|
0,30
|
0,30
|
Karbohidrat
(g)
|
34,70
|
37,90
|
Kalsium (mg)
|
33,00
|
33,00
|
Fosfor (mg)
|
40,00
|
40,00
|
Zat besi
(mg)
|
0,70
|
0,70
|
Vitamin A
(SI)
|
0
|
385,00
|
Vitamin B
(mg)
|
0,06
|
0,06
|
Vitamin C
(mg)
|
30,00
|
30,00
|
Air (g)
|
62,50
|
60,00
|
Bagian dapat
dimakan (%)
|
75,0033,00
|
75,00
|
Sumber:
Direktorat Gizi, Depkes RI. 1981
2.2.4 Talas
Talas (Colocasia
esculenta) adalah tanaman pangan yang termasuk jenis herba menahun. Talas
memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old cocoyam,
Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yu-tao. Tanaman
ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan
biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping satu (Monocotyledonae)
(Prana dan Kuswara, 2002).
Tabel 4. Kandungan gizi dari umbi talas
Komponen
|
Kandungan
|
Air
|
63-85%
|
Karbohidrat
|
13-29%
|
Protein
|
1,4-3,0%
|
Lemak
|
0,16-0,36%
|
Serat kasar
|
0,60-1,18%
|
Fosfor
|
61,0 mg/100
g
|
Kalsium
|
28,00 mg/100
g
|
Besi
|
1,00 mg/100
g
|
Vitamin C
|
7-9 mg/100 g
|
Tiamin
|
0,18 mg/100
g
|
Riboflavin
|
0,04 mg/100
g
|
Niasin
|
0,9 mg/100 g
|
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI
(1972)
2.2.5 Ubi Ungu
Ubi
ungu merupakan jenis ubi jalar ungu yang ditanam di Jepang dan memiliki
kandungan antosianin yang tinggi (Yamakawa et al. 1998).Pigmen
antosianin yang terkandung dalam ubi ungu didominasi oleh sianidin dan peonidin
dalam bentuk mono- atau diasilasinya.Ubi ungu mengandung vitamin (A, B, C, dan
E), mineral (kalsium, kalium, magnesium, tembaga, dan seng), serat pangan,
serta karbohidrat bukan serat (Suda et al. 2003). Total kandungan
antosianin ubi ungu bervariasi pada setiap tanaman, yaitu berkisar antara 20
mg/100 g sampai 924 mg/100 g berat basah (Widjanarko 2008).
Tabel
5. Kandungan Kimia Ubi ungu dan Karakteristik Fisik
Sifat kimia dan fisik
|
Jumlah
|
Kadar air (%bb)
|
67,77
|
Kadar abu (%bk)
|
3,28
|
Kadar pati (%bk)
|
55,27
|
Gula reduksi (%bk)
|
1,79
|
Kadar lemak (%bk)
|
0,43
|
Kadar antosianin (mg/100g)
|
923,65
|
Aktivitas antosianin (%)
|
61,24
|
Warna (L)
|
37,5
|
Warna (a)
|
14,2
|
Warna (b)
|
11,5
|
Sumber:
Widjanarko 2008
2.2.6 Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomea batatas)
merupakan komoditi yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan..Ubi jalar
termasuk famili Convolvulaceae, genus Ipomoea dan spesies yang
banyak digunakan adalah batatas (L) Lam. Ubi jalar berasal dari Amerika
Tengah atau Selatan yang diketahui dari fosil berumur 10.000 tahun di Peru
(Huaman, 1991).
Tabel 6. Komposisi ubu jalar segar per
100 g
Komponen
|
Jumlah
|
Kadar air
(%)
|
72,84
|
Pati (%)
|
24,28
|
Protein (%)
|
1,65
|
Gula
pereduksi (%)
|
0,85
|
Mineral (%)
|
0,95
|
Lemak (%)
|
0,7
|
Asam
askorbat (mg/100g)
|
22,7
|
K (mg/100g)
|
204
|
S (mg/100g)
|
28
|
Ca (mg/100g)
|
22
|
Mg (mg/100g)
|
10
|
Na (mg/100g)
|
13
|
Fe (mg/100g)
|
0,59
|
Mn (mg/100g)
|
0,355
|
Vitamin
(IU/100g)
|
20063
|
Energi
(kJ/100g)
|
441
|
Sumber : Kotecha dan Kadam (1998)
2.3
Prinsip Analisa Metode Gravimetri
Metode gravimetri adalah suatu metode
untuk menghilangkan sebagian air dari bahan pangan dengan menguapkannya.
Prinsip metode ini adalah mengeringkan sampel dalam oven 100 – 105 oC
sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot akhir dihitung sebagai
kadar air. Prinsip metode ini adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan
jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti
semua air sudah diuapkan. Secara umum proses gravimetri dilakukan dengan
perlakuan yang mencakup penimbangan, pengovenan, pendinginan hingga diperoleh
berat konstan (Winarno, 1993).
2.4 Kadar Air Penting
Dilakukan Bagi Produk Makanan
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan
sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan
pengukuran kadar air adalah bidang pertanian .
Kadar air dalam bahan makanan sangat
mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu,
penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan
kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode
pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, metode khusus.
Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari
kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang
dan aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai
dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet
bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan
dan pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.
Neraca analitik
b.
Eksikator
c.
Silika gel
d.
Penjepit
e.
Spatula
f.
Pisau
g.
Telenan
h.
Botol timbang (6 buah)
i.
Oven
3.1.2
Bahan
a.
Tomat
b.
Kentang
c.
Ubi ungu
d.
Ubi jalar
e.
Singkong
f.
Talas
g.
Kertas label
3.2 Prosedur Analisa
Pertama siapkan bahan
yang akan digunakan. Bahan yang telah disiapkan dikupas bersih untuk
menghilangkan kulit dari bahannya, kemudian bahan dicuci dengan menggunakan air
mengalir untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bahan. Setelah itu bahan
dipotong kecil-kecil untuk memperkecil ukurannya dan memperluas permukaan bahan
sehingga mempermudah memasukkan pada botol timbang. Timbang bahan sebanyak 6
kali dengan masing-masing berat 3 gram.
Botol timbang sebanyak
6 buah dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 600C,
tujuannya untuk menghilangkan air yang terdapat di botol timbangdan memperoleh
berat botol timbang yang konstan. Selanjutnya dieksikator selama 5 menit untuk
menjaga kelembabannya. Setelah itu timbang botol timbang yang telah dieksikator
dan catat sebagai a gram. Masukkan bahan yang sudah ditimbang ke dalam botol
timbang, ditimbang dan catat sebagai b gram. Botol timbang yang sudah berisi
bahan kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 600C untuk
menghilangkan kandungan air pada bahan. Kemudian dieksikator selama 5 menit
untuk menjaga kelembaban, setelah dingin ditimbang sebagai c gram. Penimbangan
diulang sebanyak 2 kali agar hasilnya lebih akurat.
BAB
4. PEMBAHASAN
4.1
Pembahasan
Pada
praktikum analisa kadar air ini bahan yang digunakan adalah ubi jalar,
singkong, kentang, tomat, talas dan ubi ungu. Dari berbagai macam bahan
tersebut memiliki kandungan air yang berbeda-beda pula. Dari grafik diatas
kandungan air yang paling banyak terdapat pada
bahan tomat, sedangkan kandunagan air terendah pada bahan singkong.
Kadar
air pada ubi jalar sebanyak 75,143%, sedangkan pada literature kandungan air
dalam ubi jalar sebanyak 72,84%. Hal ini hamper sesuai dengan literatur karena
jarak antara literatur dengan hasil praktikum tidak terlalu jauh. Untuk nilai
SD dari ubi jalar ini yaitu 0,095. Hal ini menunjukkan bahwa data yang
diperoleh sudah cukup akurat karena keakurasiaannya 99%.
Kadar
air dalam bahan singkong menurut literatur yaitu sebanyak 60%. Sedangkan dari
hasil praktikum didapat kadar airnya sebanyak 55,047%. Perbedaan kandungan ini
mungkin disebabkan karena bahan singkong yang digunakan saat praktikum sudah
tersimpan terlalu lama, sehingga kandungan airnya berkurang akibat terkena
cemaran udara dan panas matahari. Sedangkan yang menurut literatur menggunakan
singkong segar. Mungkin itu yang menyebabkan adanya perbedaan kandungan airnya.
Nilai SD untuk singkong adalah 0,264. Dari nilai SD yang telah didapat keakurasiaannya
mencapai 95%.
Kandungan
air pada bahan kentang menurut literatur sekitar 80%, sedangkan hasil dari
praktikum sebesar 77,829%. Nilai kandungan air pada kentang ini hampir sama dengan
literatur karena kandungan air yang didapat pada praktikum hampir mendekati
dengan literatur. Kentang memiliki nilai SD sebesar 0,873. Jika nilai SD kurang
dari 1 maka bisa dikatakan data yang diperoleh sudah cukup akurat dan nilai
keakurasiaannya mencapai 99%.
Buah
tomat merupakan jenis buah yang banyak mengandung air didalamnya. Menurut
Direktorat Departemen Kesehatan (1990) kadar
air dalam tomat sebesar 93-94%. Hal ini sudah sesuai dengan hasil yang
didapat saat praktikum yaitu sebesar 93,117%. Sedangkan nilai SD pada tomat
tingkat keakurasiaanya mencapai 99% karena nilai SD yang diperoleh kurang dari 1
yaitu sebesar 0,955.
Menurut
literatur, kadar air yang terdapat didalam talas sebanyak 63-85%. Sedangkan nilai
kadar air yang didapat dari talas saat praktikum sebanyak 74,227%. Hal ini
sudah sesuai dengan literatur yang telah disebutkan. Nilai SD yang diperoleh
pada bahan talas ini sebesar 0,29, dengan tingkat keakurasiaannya 99%.
Nilai
kadar air pada bahan yang terakhir yaitu ubi ungu sebanyak 66,77 %, sedangkan
menurut literatur hanya sebanyak 62,5%. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena
perbedaan varietas bahan sehingga kadar airnya juga berbeda. Pada data ubi ungu
tingkat keakurasiaanya hanya 95%. Hal ini disebabkan karena nilai SD yang
diperoleh lebih dari 1 yaitu 1,332.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
data pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Macam
– macam analisa kadar air dapat ditentukan dengan 4 metode
b. Kentang
merupakan tanaman setahun, berbentuk sesungguhnya menyemak dan bersifat
menjalar.
c.
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan
diameter dan tinggi yang beragam tergantung dari varietas singkong yang
ditanam.
d.
Talas adalah nama untuk berbagai macam tumbuhan yang lazim
ditanam untuk dimanfaatkan umbi atau daunnya.
e. Metode
gravimetri adalah suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari bahan
pangan dengan menguapkannya.
f. Kadar air
dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan
tersebut.
5.2
Saran
Terimakasih
sudah bersedia memberikan bimbingannya untuk kami dan tetap semangat yah mbak
masnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bambang
Soelarso, 1997. Budi Daya Apel. Yogyakarta : KANISIUS .
Giovannucci, E., 1999. “Tomatoes, tomato-based products, lycopene, and cancer”, review of
the epidemiologic literature, J. Natl. Cancer Inst. 91:317-331.
Huaman. Z. 1991. Descriptor for
Sweetpotatoes. International Board for Plant Genetic resources. Italy.
115p.
Kotecha, PM., and S.S. Kadam. 1998. Sweet Potato, in
Handbook of Vegetable Science and Technology (Salunkhe, D.K and S.S Kadam eds).
New York: Marcel Dekker Inc.
Prana, M.S. dan Kuswara, T. 2002. Budidaya Talas
Diversifikasi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI, Cibinong.
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan
Peranannya dalam Pengawetan Pangan.Universitas Indonesia. Jakarta.
Purwono. 2009.
Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiadi. 1993. Bertanam Cabe. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudarmadji, I. B. 2003.
Analisa Bahan Makanan dan Pertanian (Edisi ke 2 ed., Vol. III). Yogyakarta,
DIY, Indonesia: Liberty.
Widjanarko S. 2008. Efek Pengolahan terhadap Komposisi Kimia & Fisik Ubi Jalar Ungu dan
Kuning. Yogyakarta : Liberty.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: Gramedia.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan
Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yamakawa.
1998. Radical Scavenging Activities of
Sweet Potato Cultivar with Purple Flesh. Tokyo: Food Science Technology
Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar